Menanggapi polemik tentang Ahira, saya pikir saya harus menggunakan my right to speech. Tanpa harus flame-troll-apalagi SPAM, menurut saya, komentar ini sudah cukup proporsional dan bisa dicerna akal sehat. Entah kalau orang memang sudah tertutup mata hatinya. Seperti kata guru ngaji saya waktu saya kecil dulu, "yang patut ditangisi, bukanlah kematian diri/badan seseorang, tetapi matinya hati, karena sudah tidak bisa lagi mencerna kebenaran yang datang". Tulisan di bawah ini saya post di SINI pada tanggal 10/Mar/05, untuk kemudian diberi beberapa komentar oleh Priyadi :-)Seperti kata Ibnu Sina (Avicena) - "Pendapatku mungkin benar, tapi pasti ada kesalahannya. Pendapatmu mungkin salah, tapi pasti ada kebenarannya"====mulai posting
Banyak komentar negatif tentang Anne Ahira, sebanyak komentar positif tentangnya. Kontroversi adalah hal biasa. Yang jelas sesuatu menjadi kontroversi kerena punya bobot untuk diperdebatkan. Tentu saja kita tidak akan memperdebatkan segelas teh manis, entah itu kurang atau kelebihan gula. Karena akan lebih berguna jika energi yang kita gunakan untuk berdebat tentang teh manis tersebut kita gunakan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Berikut beberapa pendapat mengenai Ahira from my point of view.
1. Apakah Ahira Penipu?Menurut saya tidak. Karena adalah hal yang wajar bagi seseorang untuk berusaha meningkatkan taraf hidupnya dengan cara yang dia yakini bisa. Adalah hal yang tidak wajar jika ia melakukannya dengan jalan kriminal, termasuk korupsi tentu saja. Mengapa Ahira tidak menipu?
1.a. Pertama: karena sebelum seseorang memutuskan bergabung dengan bisnisnya, sudah diberikan keterangan yang sangat jelas dan terang seterang-terangnya. Seseorang bisa mempelajari, bertanya, mendebat, selama dan sejauh yang dia mau. Kalau kemudian dia mempunyai keyakinan (setelah mempelajari..atau istilahnya due dilligence) bahwa bisnis ini realistis, itu adalah pilihannya sendiri yang patut dihormati, terlepas bahwa apakah kemudian dia akan sukses atau gagal (tapi bukankah jualan pisang goreng pun masih mempunyai kemungkinan gagal?). Namun jika pada akhirnya seseorang tersebut memutuskan bahwa bisnis ini tidak cocok baginya maka tidak ada sepeser pun uang yang hilang. Ahira jelas tidak pernah menawarkan bisnis ini dengan cara yang memaksa atau mengiming-imingi hal yang tidak mungkin (ada "earning disclaimer" disana). Yang jelas kalau dukun pengganda uang tidak pernah mencantumkan Earning Disclaimer :-)
1.b. Kedua: Umumnya tipikal orang penipu adalah, tidak jelas identitasnya, kegiatannya bersifat jangka pendek -hit and run. Nah Ahira jelas tidak memenuhi kriteria tsb. Namanya jelas, alamat rumahnya jelas, no teleponnya jelas dan bahkan nama orang tuanya pun jelas (baca majalah Intisari). padahal seperti kita tahu internet ini dipenuhi oleh banyak orang yang anonym, termasuk menggunakan proxy anonymous server untuk menyamarkan IP addressnya...hehehe... Kemudian bisnisnya sendiri sudah berjalan hampir dua tahun (saat artikel ini dibuat) dan belum ada orang yang merasa tertipu. Bahwa ada banyak orang yang ikut kemudian tidak berhasil, itu soal lain. Sekali lagi ini adalah masalah usaha, konsistensi dan tentu saja NASIB. Jika misalnya saya mengajak anda untuk ikut jualan mie bakso buatan saya dan anda tidak berhasil menjualnya, apakah anda anggap saya penipu? Kalau begitu nanti supir bis kota pun akan menganggap yang punya perusahaan bis penipu kalau dia pulang tanpa bawa uang.
2. Apakah produk yang dijual fiktif? Tergantung bagaimana anda membuat definisi tentang produk itu sendiri. Bagi saya, virtual (intangible) YES, fiktif NO. Mengapa? Karena produknya jelas ada yaitu berupa service. Kalau anda datang ke bioskop membayar Rp.50,000- apakah anda mendapat sesuatu, sesuatu yang bisa anda pegang dan pamerkan ke rekan anda? Atau anda berlangganan Indovision Rp.350,000 (US$38) per bulan, apakah anda mendapat sesuatu, sesuatu yang bisa anda bungkus? Begitu pun dengan produk FFSI yang Ahira jual, produknya tidak kelihatannya tapi manfaat dan produknya sendiri ada. Soal produk itu kemahalan atau tidak, itu soal lain. Kembali ke analogi bioskop tadi, bagi seseorang mungkin membayar Rp.50,000 untuk film "30 hari Mencari Cinta" mungkin kemahalan, tapi mungkin bagi orang yang lainnya tidak. Bagi mereka yang menganggap Rp.50,000 kemahalan, ya silakan tunggu, mungkin setelah 6 bulan anda bisa menyaksikan di TV dengan GRATIS (meskipun sebenarnya tidak gratis karena anda dipaksa nonton iklan).Dan ingat bung, ini dunia kapitalis. Suka atau tidak inilah nyatanya. Ketika anda membayar Rp.8000 untuk sebungkus rokok Marlboro apakah anda pikir itu kemahalan? Tahukah anda berapa modal dasar untuk membuat rokok dengan banyak saus dibandingkan dengan rokok tembakau asli. Paling tidak anda bisa lihat, dari sisi dengan membayar cukai 40% pun Marlboro masih untung dengan harga banderol Rp.7800/bungkus (harga eceran yang biasa saya beli malah cuma Rp.6800). Dan berapa biaya iklan yang Marlboro keluarkan untuk mempromosikan produknya? Jadi pada dasarnya kita bisa mengira-ngira bahwa "cost of production" rokok Marlboro mungkin jauh lebih murah dari harga yang dibandrol. Mengapa ketika sampai ke konsumen menjadi mahal, karena ada banyak biaya yang dikeluarkan sebelum rokok tsb sampai ke tangan konsumen. Biaya distribusi dan promosi. Atau anda perhatikan Kacang Pilus Garuda (kebetulan anak saya suka), berapa harga sebungkusnya? Untuk kemasan paling kecil adalah Rp.500-, bayangkan kalau anda bikin sendiri, mungkin sesendok tepung terigu, ditambah garam dan vetsin, dan goreng sendiri. Anda tidak harus keluar Rp. 500 untuk sesendok tepung terigu. Hebatnya Bapak Sudhamek CEO Garuda Food malah terpilih sebagai Entrepeuneur of The Year 2004, dan tidak dianggap penipu. Jadi kalau anda anggap FFSI mahal, itu relatif. Karena memang FFSI harus membayar biaya untuk orang yang memasarkannya. Oya, suatu kali saya kaget sekali waktu istri saya beli kain satin di pasar dengan harga Rp.20,000/yard. Padahal di pabrik tempat dimana kain itu dibuat dan saya bekerja sebagai penjualnya, kain tersebut dijual dengan harga Rp.7,000/yard!!!!Selebihnya silakan anda cari analog lainnya, saya bisa memberikan anda 1001 analogi lain, sayangnya waktu saya terbatas :-)
3. MLM Skema MLM ini memang masih kontroversial. Tidak hanya produk FFSI yang dijual Ahira yang menjadi kontroversi. Bahkan untuk produk riil goods pun hal ini masih kontroversial (semacam Amway, CNI, Sophie Martin, dll). Bukan porsi saya untuk menjawabnya, karena pengetahuan saya yang masih terbatas dalam hal ini. Namun yang jelas, selain menjual secara MLM, di FFSI anda bisa menjadi hanya sebagai salesman (affiliate) alias jual putus, dan masih dapat komisi. Karena ada juga orang yang ikut FFSI hanya untuk memanfaatkan produknya dan tidak menjadi representatif. Jadi kalau anda punya kemampuan hebat dalam menjual, tidak usah ikut MLM, cukup menjual dan anda akan punya penghasilan.
4. Apa yang terjadi jika semua orang menjadi Internet Marketer? Ini pertanyaan filosofis yang pernah muncul dari diri saya sendiri. Awalnya saya mempertanyakan kalau semua orang berdagang sesuatu yang virtual seperti Ahira ini, maka jelas negara ini akan kekurangan tenaga-tenaga produktif di bidang -kalau menurut istilah pemerintah- sektor riil. Tapi kemudian saya berpikir, ini adalah sesuatu yang mustahil jika kita berbicara tentang hidup dilihat dari sudut teori Chaos. Karena seperti juga tidak mungkin semua orang di dunia ini akan menjadi bintang film, meskipun tahu bahwa hanya dengan modal tampang, akting dan seni peran mereka bisa mendapat uang yang banyak. Tidak mungkin juga semua orang di dunia menjadi dokter, tidak mungkin juga semua orang menjadi pekerja pabrik dan seterusnya. Tuhan maha adil, dibalik semua chaos yang terjadi di alam semesta ini, Tuhan juga menciptakan kosmos. Artinya semua orang akan menjalankan perannya yang saling mengisi satu sama lain. Dulu, lebih dari sepuluh tahun yang lalu, sewaktu di Masjidil Haram, Makkah saya pernah merenung, orang dari seluruh dunia jauh-jauh pergi ke Makkah untuk merasakan sholat di tempat yang selama ini hanya ada di bayangan mereka. Sementara daya tampung Masjidil Haram cuma max sekitar 1 juta orang. Padahal Jemaah haji dari seluruh dunia pada saat yang bersamaan bisa mencapai 3 juta orang. Rupaya Tuhan mengatur manusia melalui hatinya. Artinya pada saat-saat tertentu diantara rekan sendiri ada saja yang malas untuk pergi ke Masjidil Haram, entah karena lelah atau memang sekedar malas. Dengan demikian mesjid tersebut tidak pernah sampai runtuh karena semua orang memaksa masuk.
5. SPAM Hal ini menjadi masalah utama yang saya perhatikan dari posting yang bersifat mencela Ahira. Benar saya pun termasuk orang yang tidak menyukai SPAM. Begitu juga Ahira yang saya tahu. Kalau anda perhatikan di wbesite Ahira, jelas terlihat ZERO SPAM TOLERANCE disertai alamat email untuk pengaduan. Masalahnya adalah, ada banyak latar belakang dari orang yang ikut bisnis ini. Mungkin ada orang yang baru tahu cara pakai email pun hanya setelah ikut bisnis ini. Nah boro-boro urusan SPAM, untuk membuat salam pembuka saja mereka tidak bisa. Namun yang jelas bahkan sebelum ikut pun calon anggota sudah diwanti-wanti tentang masalah NO SPAM POLICY ini. Karenanya saya sarankan bagi mereka yang menerima SPAM untuk melaporkan langsung ke alamat email yang tersedia. Mungkin karena ketidaktahuannya mereka melakukan SPAM. Tapi bagi yang melakukan SPAM dengan sadar dan sengaja, maka sudah banyak anggota yang diterminate keanggotaannya. Kalau saluran pengaduan sudah ada mengapa tidak memakainya. Ini jauh lebih elegan daripada memenuhi hati dengan prasangka dan praduga. Kata AA Gym, "jagalah hati jangan kau kotori..." (omong-omong AA Gym juga melakukan MLM lewat MQNet-nya :-) Kalau off-line promosi, yang ini jelas tidak bisa disebut SPAM dong, dari definisinya saja sudah lain. Kalau segala iklan anda anggap SPAM, susah juga dong karena koran sekaliber KOMPAS pun masih dipenuhi iklan.
6. Siapa saja yang tertipu? Misalnya saja kita ibaratkan Ahira penipu, betapa hebatnya pesona Ahira. Bahkan seseorang yang punya latar belakang nalar yang cukup pun bisa tertipu. Atau orang sekelas mantan Marketing Director Citibank (yang juga ikut Ahira) bisa tertipu. Bagi saya, yang kebetulan belum berhasil di bisnis ini, saya tidak akan merasa tertipu bahkan jika dari segi bisnis saya gagal sekalipun. Karena saya merasa telah mendapat wawasan lebih, termasuk mengubah mindset saya yang tadinya cenderung skeptis, merasa benar sendiri, merasa diri paling hebat, merasa paling tahu sesuatu dan yang jelas selalu merasa curiga, kini menjadi lebih open mind dan easy going. Uang memang penting tapi bukanlah segala-galanya. Perubahan mental jauh lebih penting bagi saya. Jika anda punya waktu anda bisa lihat blog-nya Ibu Sri Widayati di.
http://www.youngmillionairesindo.blogspot.com/!!!!!!PERHATIAN!!!, saya tidak dapat keuntungan dengan memposting link tsb, karena saya tidak kenal secara pribadi dengan beliau dan juga bukan upline atau downline saya. !!!!!! Saya informasikan link beliau karena saya anggap dari sisi nalar beliau cukup mewakili sebagai orang yang berpendidikan, menurut ukuran Indonesia. Beliau sudah cukup berumur, jadi saya mohon kalaupun mau komentar di blog-nya, mohon berkomentar dengan sopan dan santun menurut adat ketimuran kita.
Untuk saya sendiri, saya tidak mencantumkan link apapun, hehehe...nanti dianggap SPAM pula :-)
Demikian pendapat dan komentar saya. Mohon saya tidak dianggap marah-marah (flaming) atau emosi melihat posting yang menyudutkan Ahira. Sejauh ini saya berusaha untuk berkomentar secara santun, rasional dan proporsional. Kalau memang ada pendapat yang salah, memang manusia tempatnya salah. Kalau posting ini masih dianggap marah-marah (flaming), wah saya tidak tahu lagi bagaimana harus membuat posting yang lebih sopan dari ini. Karena kalaupun tidak setuju dengan komentar saya, gampang...lupakan saja. Meminjam istilah Gus Dur, gitu aja koq repot :-)
Salam bahagia untuk anda semuanya :-)