<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d8491297\x26blogName\x3dA+Journey\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dTAN\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://dadangwibawa.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://dadangwibawa.blogspot.com/\x26vt\x3d8326691878355375386', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

A Journey

Monday, July 04, 2005

Mengapa Belum Sukses?

Saya sudah membaca tulisan Ibu Leila Ch. Budiman sejak beliau mulai mengasuh rubrik konsultasi psikoogi di Kompas (jadi sudah lama sekali). Dan saya sangat respek dengan pendapat-pendapat beliau. Tulisan yang satu ini sangat menarik dan terlalu sayang kalau saya lupakan. Maka saya posting disini sekedar pengingat. Satu pembelajaran yang saya dapat dari konsultasi kali ini adalah ada perbedaan besar antara "mengetahui " dan "melaksanakan". Sudah terlalu lama kita banyak tahu tentang berbagai hal, namun sedikit sekali yang telah kita lakukan. Hal itulah yang memisahkan kita dari kesuksesan yang kita impikan. Sudah saatnya bertindak, bangun dari mimpi-mimpi.

-------------------------------
The only thing that stands between a man and what he wants from life is often merely the will to try it and the faith to believe that it is possible.

Richard M. DeVos

-------------------------------

Kompas, Minggu 3 Juli 2005

Konsultasi Psikologi
Mengapa Belum Sukses?
Oleh: Leila Ch Budiman

Apa yang salah dengan buku itu? - ZZ di Jkt.

Halo Ibu Leila, saya telah membaca cukup banyak buku bidang self development ke arah kesuksesan hidup. Kata orang, kalau membaca buku tertentu dan menghayatinya, maka akan berdampak positif terhadap perubahan sikap mental kita. Buku-buku yang pernah saya baca adalah:

The Power of Positif Thinking (Norman V Peale), The Magic of Thinking Big (Dr Swarch), The Seven Habits of Highly Effective People (Stephen R Covey), Unlimited Power (Anthony Robins), The Road Less Traveled (nama pengarang lupa), Learned Optimism (Martin Seligman), How to Win Friends and Influence People (Dale Carnegie), Mindfulness (Ellen J Langer), Man's Search For Meaning (Victor Frankl), See You at the Top (Zig Ziglar), Emotional Intelligence (pengarang lupa), Spiritual Intelligence (tertarik tetapi belum membaca serius), The Sane Society (Erich Fromm), buku tentang Neuro Linguistic Programming: NLP at Work & NLP Solution (Sue Knight), Human Elements (pengarang lupa), Neurosis and Human Growth (Karen Horney), Man for Himself (Erich Fromm), Psycho Cybernetic (Maxwell Maltz), dan Choice Theory (William Glasser).

Satu pertanyaan sangat mendasar adalah mengapa setelah membaca buku-buku tersebut saya belum sukses? Apa yang salah dengan buku tersebut?

Menurut Ibu Leila, sebenarnya perubahan sikap mental seseorang lebih banyak ditentukan "pilihan" kita sendiri (choice theory) atau oleh "pengaruh dari luar" (control theory)?

Dalam keadaan sehari-hari banyak pelanggaran norma hukum atau etika di masyarakat yang sering kali dilandasi faktor pleasure principles, yaitu teori yang pernah dipopulerkan Sigmund Freud. Di sisi lain, banyak yang tidak setuju dengan pleasure dan pain principle karena terlalu sederhana dan tidak ilmiah. Sebaliknya faktor kognitif lebih banyak memegang peran dalam membentuk mentalitas. Menurut Ibu, mana teori yang benar. Dan dapatkah Ibu memberi saran tentang buku self development yang terbaik, yang dapat mengubah sikap mental dan kehidupan kita ke arah sukses?


-------------------------------

Bung ZZ yang baik,

Menarik sekali pertanyaan Anda, setelah membaca banyak buku pengembangan pribadi mengapa belum sukses, apa yang salah dengan buku-buku itu? Padahal, banyak di antaranya hasil pengamatan sangat cermat dan hasil penelitian ilmiah puluhan tahun para ahli dalam bidangnya.

Saya jadi teringat pada problem yang dihadapi banyak ibu, termasuk saya, yang mempunyai setumpuk buku resep canggih dari berbagai daerah dan negara, tetapi yang dimasak di rumah hanya itu-itu saja.


Sangat sedikit yang mau mencoba resep itu sampai berhasil disajikan ke meja makan dan lebih sedikit lagi yang dapat menghasilkan uang. Namun, ada orang yang hanya mempunyai satu atau dua resep saja, tetapi dapat hidup dari situ. Misalnya, Ibu Wati di Salatiga yang hanya menjual "ayam bakar kecap" dengan minuman ala kadarnya, semula dijual di tenda, sekarang sudah menjadi restoran bertingkat.

Dari buku-buku yang Anda baca, banyak yang dapat memanfaatkannya dengan baik. Hasil penelitian Sigmund Freud yang puluhan jilid itu sudah menjadi dasar psikiatri modern dan berhasil menyembuhkan banyak penderita neurose dan sakit mental.

Para orangtua dapat memetik manfaat berharga dari buku Emotional Intelligence, antara lain dari Daniel Goleman, yang menyadarkan pentingnya kematangan emosional, selain kecerdasan, agar putra-putri mereka lebih berhasil dalam hidup. Goleman melihat bagaimana seorang siswa cerdas yang selalu mendapatkan angka A akhirnya bunuh diri ketika mendapatkan angka B.

Prof Martin Seligman (Presiden American Psychological Association sejak tahun 1996) dengan gerakan positive psychology-nya berusaha merangsang berbagai penelitian untuk lebih menyukseskan dan membahagiakan orang sehingga di Amerika akhir-akhir ini lebih semarak terbitan berbagai buku pengembangan diri.

Kembali pada pertanyaan Anda, sebenarnya cukup banyak yang bernasib sama dengan Anda. Stephen Covey telah mengamati dengan jeli apa dan bagaimana sikap orang yang sangat berhasil dan menjelaskan dalam bukunya The Seven Habits of Highly Effective People. Mereka tidak pasif menunggu, tetapi aktif berusaha dengan gigih meraih tujuannya. Covey sudah.

Mungkin ada benarnya hukum Pareto: 80-20. Hanya 20 persen saja orang yang maju dan sukses, yaitu yang gigih terus memperbaiki usahanya, sampai berhasil. Yang 80 persen hasilnya begitu-begitu saja sebab mereka segan mencoba, pasif, cepat menyerah kalau sukar, dan menyimpan kembali buku-bukunya! Saya kira meski ditambah setumpuk buku lagi hasilnya akan sama saja atau malah jadi semakin bingung. Jadi yang lebih penting adalah orangnya. Bukankah Doug Hooper mengatakan, "You are what you think".

Secara sederhana beberapa ahli pengembangan diri menyarankan:

  • Mulailah dengan memikirkan apa yang Anda ingin capai dalam hidup. Tulislah dalam secarik kertas.
  • Pilih di antara sekian banyak keinginan itu yang paling realistis dan paling ingin Anda capai.
  • Lihatlah model riil dalam kehidupan sebenarnya. Jangan silau dengan apa yang sudah dicapainya, tetapi teliti secermatnya bagaimana dulu perjuangannya dari nol.
  • Atur strategi mencapai keinginan Anda, tingkat demi tingkat, dari hari ke hari, bulan dan tahun. Rencana ini perlu sebab perencanaan seakan membawa hari depan ke sekarang dan masih bisa diutak-atik. Jangan lupa tetap menuliskan apa saja di kertas. Think On Paper bilang Brian Tracy dalam bukunya Eat that Frog (2001). Akhirnya pilihlah strategi yang paling canggih dan mendesak.
  • Kerjakanlah!
  • Kalau meleset dan gagal, perbaiki strategi dan maju lagi.

Selamat berjuang dan berkembang!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


 

Super Excellent Network Bersama Meraih Kebebasan Finansial Yang Sebenarnya